Gadis berambut cokelat tua ini terus
memperhatikan cincin yang bertengger di jari manisnya itu. "Hana, kamu
sedang apa? jangan melamun begitu dong, aku yakin dia akan baik-baik
saja," ujar seorang gadis yang lain.
"Tidak kok Tsuki chan, aku...aku hanya sedikit
merindukannya," sergah Hana. “Tidak mungkin Hana chan, wajahmu bahkan
jarang berekspresi seperti itu...wajahmu jelek tahu,” ucap Mika menahan tawanya
agar tidak meledak disaat yang salah.
“Ahh Mika chan,
bukannya menghibur malah meledekku,” jawab Hana. Walaupun dalam hati sebenarnya
dia sangat merindukan suaminya itu. Saat Tsuki dan Mika telah meninggalkan Hana
sendiri lagi di kamarnya, ia kembali memperhatikan cincinnya itu...
"Kiddo kun, apa kabarmu? Apakah kamu sudah makan? Apa
yang sedang kamu lakukan sekarang?" bisiknya kepada cincinnya, dan
seketika ia merasakan seperti ada yang duduk disampingnya.
Hana merasakan bulu tengkuknya berdiri, dia melihat kearah
kanan dan kirinya tanpa menemukan penyebab dari berdirinya bulu tengkuknya.
Merasakan hawa gelap yang menyeramkan disekelilingnya.
"Mungkin hanya perasaanku saja," ujarnya. Hana pun
semakin merasakan hawa gelap dan menyeramkan itu semakin dekat dengan dirinya....
"Hai sayang! Apa kabarmu? Aku sangat merindukanmu," tiba-tiba saja seorang
lelaki mencium pipi Hana.
"Kiddo kun! Kau mengagetkanku saja, untung saja aku tak
punya riwayat sakit jantung," jawab Hana nyaris tak terdengar saking
cepatnya ia berbicara.
"Kamu tak mungkin memiliki sakit jantung, jika kamu
tetap berada didekatku," goda Kid. "Apa kamu mencoba menggodaku?"
tanya Hana polos.
"Menurutmu, hmm...?" jawab Kid yang langsung
mencium Hana tepat dibibirnya dengan lumatan gemas. Hana dapat merasakan betapa
dinginnya bibir suaminya itu menggigit bibir bawah dan atasnya bergantian
mencari celah agar boleh memasuki mulut Hana. Saat bibir Hana terbuka sedikit,
lidah Kid langsung menjelajahi mulut Hana. Saat paru-paru mereka sudah
memberontak meminta oksigen, Kid pun melepaskan ciumannya. "K....Kau
membuatku bingung....Kiddo...kun," ujar Hana yang kini merasakan pipinya
memanas merah karena malu.
Tepat setelah Hana mengatakan itu, bel Shibusen pun berbunyi dengan nyaring
menandakan seluruh petarung Shibusen harus menghadap Shinigami— atau bisa
dibilang ayah mertua Hana—"Ayo Hana chan,kita bertemu ayah, dan aku tidak
sabar untuk menjadikanmu sebagai weaponku dalam setiap pertempuranku” kata Kid.
"Tapi
Kiddo kun, jika aku yang menjadi weaponmu, kamu takkan bisa terlihat
simetris," elak Hana. "Apakah masalah itu yang kamu
permasalahkan?" tanya Kid yang langsung dianggukkan oleh Hana dengan mantap,
Kid tersenyum sebentar dan menjawab masih dengan senyumnya yang membutakan, "tapi
kan kamu bisa mengaktifkan 'Double Modul'-mu," Hana pun tidak mau kalah.
"Bagaimana jika saat aku mencoba mengaktifkannya, tiba-tiba
kita telat dan kalah, atau nanti musuh sudah menyerang duluan, atau....atau....jangan-jangan..."
Hana langsung mengatupkan mulutnya setelah telunjuk milik Kid menempel dibibirnya,"ssshh....kamu
tidak mau kan aku menciummu lebih dari yang tadi ?" goda Kid.
Hana menelan ludahnya dengan susah payah. Dan dalam satu
gerakan, Kid sudah mendapatkan pinggang Hana dan bergegas menuju ruangan
ayahnya. Baru saja mereka sampai di depan pintu, suara Shinigami-sama
mengagetkan mereka, " saya memanggil Mika & Soul, dan Tsuki &
Black Star...maaf tadi saya menekan tanda yang salah, harap maklum." TING !!! Seketika Kid dan juga Hana membeku
di tempat.
***
Mika, Soul, Tsuki, dan Black Star berjalan
beriringan menuju Death Room, di tengah lorong mereka mendapati Kid dan Hana
yang masih membeku."Hei orang-orang lemah !! Kenapa kalian bengong
begitu?! Lihatlah aku, maka jalan kalian akan terang!!" kata Black Star
berbasa-basi.
Mika dan Soul sudah meninggalkan Black Star dan Tsuki karena tidak
mau mendengarkan ocehan Black Star. “Hei Soul, menurutmu kenapa Shinigami-sama
memanggil kita ?” tanya Mika memulai pembicaraan.
“Menurutku sih sepertinya Shinigami-sama akan memberikan tugas....emm....atau
mungkin cuti untuk kita.....tau mungkin saja penghargaan karena kita murid yang
rajin,” tebak Soul. “Sepertinya ada yang sedang berkhayal nih,” ledek Mika
sambil melirik Soul.
“Mika, kalau salahsatu tebakanku benar. Kau harus melakukan
semua yang ku mau selama seminggu, bagaimana....berani ?” tantang Soul yang
langsung disambut uluran tangan Mika.
“Siapa takut !! Ayo ! Tapi jika semua tebakanmu salah, kamu
juga harus melakukan semua yang ku mau,” jawab Mika semangat dan disambut genggaman
Soul. “Oke. Siapa takut,” jawab Soul. Karena merasa ditinggalkan oleh Mika dan
Soul, Black Star pun meninggalkan pasangan yang masih membeku itu.
TBC
Weee~~ ini ff pertamaku loh~ Maaf ya, kalau ceritanya agak gak nyambung...
aku coba segini dulu nge-postnya komen ya~ Kalau mau kritik, pake bahasa yang sopan, aku kan sensitif *maksud loh !?* #plak *abaikan* Jadi selamat menikmati ff pertamaku ini~~
Haseeek...ada adegan 'itu'.x pula, lanjuuuuut
BalasHapusbagus gak, hakase..??
Hapusok..ok...tunggu yak ^w^
tpi, ga enk banget kata2 "cincin bertengger di jari manisnya itu", emg ada cincin bsa bertengger ? rasanya yg bertengger itu burung deh...
BalasHapus