Kala rinai hujan basahi kita..
Aku sudah tak dapat mengingat pasti apa yang telah terjadi kala itu.. Hari Jum'at tanggal 24 April 2015..
Entah apa yang harus kukatakan sekarang.. Dalam hatiku, aku berterimakasih pada teman-temanku yang secara "tidak sengaja" telah membuat aku sangat.. sangat.. sangat bahagia..
Benar-benar bahagia.. Dan kebahagiaan yang akan kusimpan sendiri..
Tapi entah kenapa.. Disisi lain, aku merasa tidak enak.. Pada Dia☆.. Yaah.. Walaupun tidak ada apa-apa diantara kami berdua.. Tapi aku merasa agak aneh.. mungkin.. terasa seperti... emm... aneh bangetlah.. selingkuh.. mungkin.. -_-
Oke stop..
Aku bingung.. kala itu, semua anggota panitia sangga kerja diwajibkan untuk gladi bersih dan menata persiapan kemah untuk esok harinya tanggal 25 April sampai 27 April.. Semua orang sudah memiliki teman boncengan.. Hanya tersisa aku.. dan sahabatmu..
Aku awalnya hanya iseng bertanya, apa dia mau memberiku boncengan ke bumi perkemahan.. dan mukanya pun--menurutku-- terlihat iseng dan menjawab iya, dia mau.. Aku tak begitu menganggapnya serius..
Karena masih dalam keadaan bingung, aku pun mengikuti beberapa teman yang pergi menuju rumahmu.. Sampai disana.. Aku bingung.. Kamu terus-menerus menanyakan aku mau bonceng siapa.. Aku sangat bingung...
Kemudian salahsatu teman terbaikku, datang dengan teman boncengannya.. mencoba memberi solusi padaku.. pada kami semua.. dan hasilnyaaaaa....
jeng.. jeng.. jeng..
Aku mendapatkan boncengan... denganmu...
Aku melihat wajahmu yang datar-datar saja ketika mendapat keputusan seperti itu.. Kukira awalnya kamu akan menolak.. Tapi ternyata aku salah..
Walau aku tahu.. Sebenarnya kamu terlihat terpaksa melakukan hal itu.. Memboncengkan motor untukku yang berat.. dan sebelumnya agak ada masalah yg gimanaaa gitu diantara kita.. Pastilah menjadi alasanmu yang kuat untuk menolak mentah-mentah keputusan itu..
Awalnya mendengar keputusan itu.. Aku merasa waktu berhenti selama dua detik.. Dan ketika mendengar suaramu yang langsung mengiyakan keputusan itu.. Hatiku serasa mencelos.. Aku merasakan wajahku mulai memanas.. Yang langsung kututupi dengan helm dan menurunkan kacanya..
Aku merasa mulai terlihat salah tingkah.. Pikiranku hilang seketika.. Aku bingung harus melakukan apa.. Kamu yang melihat aku menurunkan tas sekolahku ke teras rumahmu, bertanya dengan heran, "...., itu nggak pa-pa kalo ditaruh disitu? Itu mau dibawa nggak?" Aku yang belum sepenuhnya sadar, cuma bisa memandangmu bingung bergantian dengan memandang tasku yang sudah tergeletak dilantai.. Kamu lalu dengan gentle turun dari motor dan langsung mengambil tasku dan menaruhnya diantara kakimu--dimotor matic-- Dan aku langsung sadar dan mendekatimu.. Dengan sedikit ragu-ragu, aku menaiki motor--teman satu sangker--nya..
Saat aku sudah dalam posisi baru saja duduk, aku bergumam kecil..
.... maafkan aku ....
Kami pun langsung melaju ke bumi perkemahan.. Kamu.. terlihat sangat santai saat menyetir motor.. tetapi tetap dalam keadaan waspada.. Dan aku menikmatinya..
Aku mencoba menikmati detik demi detik yang terus berjalan denganmu..
Aku merasa kalau kita seperti sepasang....... Aaaargghh.. lupakan!!
Tapi itu semua terasa sia-sia.. Kakiku kram, karena tas yang kamu gendong terasa sangat tidak pas diposisi aku duduk..
Aku mencoba untuk selalu menjaga jarak antara kita duduk.. Aku tak mau kamu terganggu karena pergerakanku.. Jadi.. Biarlah aku yang merasa tidak nyaman.. Buatlah dirimu senyaman mungkin..
Sampai di buper.. Aku merasakan handphoneku bergetar.. sms.. dari sahabatmu.. "irr.. jadi bonceng nggak?"
Aku hening...
Jadi dia menganggap permintaanku tadi beneran?? Aduuhhh... Aku jadi merasa sangat bersalah padanya.. Maaf banget.. Karena aku, dia sempat diomelin ketua sangker.. karena dia telat sampai di buper..
Cerita apa saja yang kulakukan di buper, diskip saja ya~
Ketika persiapan pulang.. Kami kembali bingung.. Ada seorang lagi yang meminta boncengan.. Dan kamu diperdabatkan kala itu.. Aku tak mampu berkomentar.. Aku hanya dapat memandangi mereka yang berdebat, dan menunggu keputusan dengan hati was-was..
Jujur... Aku masih berharap kalau.. Aku akan diantar pulang olehmu.. Hanya olehmu.. Kamu.. Walau ini hanya untuk yang terakhir kali..
Dan terkabul..
Terima kasih Ya Allah... Aku benar-benar merasa bahagia.. Jika saat itu tak ada orang, aku yakin.. aku pasti akan meneteskan air mata..
Tapi sore itu.. Cuacanya kurang bersahabat.. Mungkin cuaca jug ikut terharu dengan keadaanku..
Mendung.. Kemudian diikuti hujan yang tak kunjung reda.. Dan sialnya, dimotormu tak ada jas hujan..
Kamu yang hanya mengenakan kaos oblong hitam berlengan pendek, nekat untuk mengantarkan aku pulang.. Tanpa jaket sekalipun..
Di perjalanan, rinai hujan masih terus menghujam kita.. Tak kunjung berhenti.. Aku merasa sangat.. sangat.. sangat tidak enak padamu... Aku tak ingin menjadi penyebab kamu sakit nantinya.. Karena esok hari hingga kedepannya kita akan menjadi panitia kemah...
Aku tak berhenti melantunkan doa pada-Nya.. Ya Allah.. Kumohon.. Hangatkan hambamu ini.. Jangan biarkan hujanmu menembuskan dinginnya pada salahsatu hambamu yang sempat membuatku luluh ini.. Kumohon.. Jagalah kesehatannya.. Ya Allah... Kumohon hangatkan dia.. Hangatkan dia.. Kumohon hangatkan dia.. Aku tak menghentikan lidahku untuk terus berdoa..
Tiba-tiba aku merasakan pergerakan motor yang agak berbelok-belok liar.. Aku sempat memikirkan keadaan-keadaan terburuk.. Tetapi.. saat aku mengintip lenganmu yang terus mencengkram stang motor, aku mengerti... Kamu kedinginan... SANGAT kedinginan.. Aku tahu itu..
Pikiranku mulai berjalan liar.. Menghayalkan hal-hal gila.. Sungguh.. Ya Allah.. Sebenarnya aku ingin sekali memeluknya.... Aku ingin memberikan kehangatanku padanya.. Tapi aku sadar.. Aku bukan siapa-siapa.. Aku segera membuang jauh-jauh pikiran itu..
Akhirnya ketika berhasil sampai di rumahmu dengan selamat, kamu langsung berlari kedalam rumahmu.. Aku menunggumu untuk muncul kembali dengan perasaan was-was.. Ya Allah.. Aku harap dia tidak parah.. Ketika aku melihatmu kembali muncul dengan jaket tebalmu dan celana trainingmu, aku baru bisa mwnghembuskan napas lega.. Aku pamit padamu untuk pulang setelahnya..
Dan sampai di rumah.. Aku langsung merasa meriang.. Benar saja..
Besoknya.. Saat acara registrasi bagi adik kelas, aku melihatmu berjalan dengan sesekali bersin.. Keadaan yang persis kulakukan pada saat yang sama.. Aku berpikir.. Ternyata daya tahan tubuh kita tak jauh berbeda.. Tidak tahan dingin karena hujan..
Kala rinai hujan basahi kita..
Rinai hujan basahi aku..
Aku masih terus teringat kejadian kala itu..
Dan kenangan itu.. Akan terus kusimpan untukku sendiri...