Sabtu, 29 September 2012

~DEATH KISS~ (PART 5)

<RATE 15th>

*flashback*

 Tiba-tiba terdengar suara yang sangat aneh.
Kruyuuuukkk......
*flashback off* 


”Suara apa tadi ?” tanya Kid sambil melihat sekeliling dengan kebingungan.
 “E....sepertinya aku permisi keluar dulu,” kata Hana kemudian
“ada apa Hana chan? Sakit perut ?” tanya Kid sambil menatap Hana khawatir dan dijawab Hana dengan anggukkan kepalanya.
“Ku temani ya ?” tawar Kid
“hah ?! T...Tidak usah repot-repot Kiddo kun. Aku bisa sendiri kok,” jawab Hana mengelak.
“Tidak apa Hana chan. Kid akan menjagamu dengan baik,” kata Shinigami-sama kemudian
“NANI ??!! bisa-bisanya anak dan bapaknya satu pikiran??!!” gerutu Hana dalam hati dan disambut muka kemenangan milik Kid.
Saat Kid dan Hana berjalan beriringan di lorong, dan Kid menggenggam tangan Hana erat, suara aneh itu kembali terdengar.
Kruyuuuk......
Hana pun langsung berlari sekencang-kencangnya menuju kantin.
“Hana chan!! Tunggu..!!” kejar Kid.
“Gomenne....aku pergi dulu~!!” teriak Hana yang semakin jauh dari Kid.
Hana pun segera memesan makanan di tempat pemesanan di kantin.
            “Aduuuhh.....lapeeerr~” Hana pun segera mengambil makanannya dan duduk disalahsatu meja di kantin Shibusen.
            “Nyaaamm.....nyaamm....”
Dalam sekejap, makanan itu pun habis dilahap oleh Hana seorang. Saat sedang meneguk minumannya, Kid dengan terengah-engah menghampiri Hana.
            “hhh...hh....Hana...chan...kalau lapar, larinya memang tak tertandingi..hh..hhh...” kata Kid yang langsung duduk disamping Hana.
            “Gomenne Kiddo kun. Kalau perutku lapar, ia seperti memberiku kekuatan untuk berlari kearah suatu makanan dan langsung melahapnya tanpa memperdulikan apapun lagi~” jelas Hana dengan muka polos.
            “Itu sebebnya, kau tidak memesankan makanan untukku,” kata Kid mulai bercanda
            “Yep... Eh..!! n..nggak kok, aku membawakanmu ini” jawab Hana agak gelagapan sambil menaruh sekotak makanan dan minuman pada Kid.
            “Kau yang bilang, jika kau lapar, kau tak peduli apapun. Tapi ini..??” tanya Kid
            “Tak tahu juga. Tiba-tiba saat aku melihat makananku, mukamu langsung muncul dikepalaku. Dan aku pun memesankan makananmu,” jawab Hana sambil meringis
            “Hana chan, apa kau tahu...saat aku mencoba berlari mengajarmu tadi, aku juga merasa lapar, dan...makanan yang kau pesankan ini....adalah makanan yang sedang ku bayangkan tadi !!” kata Kid kaget. Begitu pun Hana
“Itu tidak mungkin Kiddo kun...” sergah Hana
“mungkin saja Hana chan. O iya!! Mungkin saat aku membayangkan tadi, bayangan dalam pikiranku otomatis masuk dalam pikiranmu...” Kid mulai mengemukakan jalan pikirannya
“tapi itu kurang masuk akal Kiddo kun...” Hana masih ingin menyergah saat..
“tapi kau telah memakai kalung pemberianku, Hana chan...dan kau sekarang tidak bisa menyergah fakta ini kan..??” jawab Kid sambil mengangkat kedua alisnya.
            DEG
Sekelebat percakapan di “death room” mendadak muncul kembali dan suara Kid mulai memenuhi kepalanya.
            *flashback*
“Ada cinta dan kasih sayang untukmu. Didalam kalung ini juga ada kekuatan baru khusus untukmu, kita bisa berkomunikasi tanpa diketahui siapa pun, hanya hati kita yang akan mendengar dan hanya otak kita berdua saja yang berpikir. Jadi, jika kamu merindukanku atau dalam bahaya, jangan berbisik ke cincin. Bisikan saja lewat hati ke kalung ini, aku pasti mendengarnya dan akan segera menuju ke tempatmu berada,” bisik Kid menggoda di telinga Hana.
*flashback off*
Hana baru saja merekam kembali suara milik Kid. Mendengarkannya lekat-lekat.
            “Apa kau lupa dengan apa yang ku katakan tadi di ‘death room’ ??” tiba-tiba suatu suara terdengar jelas di kepalanya. Tapi entah kenapa orang-orang disekitarnya tak mendengar suara ini, padahal suara ini cukup keras.
Hana melirik Kid sejenak. Terlihat Kid menaikkan alisnya dengan muka santai seakan mengatakan sesuatu.
            DEG
Hana kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Itu suara Kid !!”
Ketika terdengar suara hatinya itu, seakan muncul sebuah lampu diatas kepalanya.
“Gomenne Kiddo kun...aku sedikit pelupa” kata Hana dalam hati
“tak apa-apa, aku mengerti kok. Kalau kau lapar, kau tak akan mempedulikan sekitarmu..” suara hati Kid masuk ke dalam kepalanya.
“oh iya, arigato karena kamu sudah memesankanku makanan,” tambah Kid sambil mendekatkan wajahnya pada Hana dan mengecup bibirnya pelan dan lembut.
Hana dan Kid bertatapan cukup lama. Dalam keheningan...
“Ayo, kita kembali ke ‘death room’, aku takut ayah akan khawatir pada kita.”
                       TBC
Iniii diaaa.....part lima untuk kaliaaan!! *tebar komik*  hnay untuk kalian niii....ku bela-belain publish part 5 ini~~ *nangis terharu* #abaikan   naahh....tunggu part 6 yah~
Tunggu part 6 yah,karna nanti akan banyak adegan hentai-nya,hihihi....siapa nih yang suka sama yg hentai-hentai...?? nanti baca part 6 yah~~ *BOW*  *berubah jadi kucing*

~DEATH KISS~ (PART 4)


<Rate:15>

*flashback*
“Bolehkah....?” tanya Kid sambil melirik Hana beberapa menit kemudian, “bolehkah apa, Kiddo kun?” tanya Hana balik. “Jawab dulu. Boleh atau tidak,” jawab Kid dengan mimik misteriusnya....
*flashback off*

“baiklah...boleh,” jawab Hana dengan pasrah.
Kid lalu mengalungkan sebuah kalung berbentuk ‘Shinigami’ yang sangat indah ke leher Hana. Hana agak terperanjat saat melihat kalung itu terlihat begitu indah di lehernya.
“Indah bukan...?” tanya Kid
“bukan hanya indah....tapi sangat indah,” jawab Hana sambil menahan haru..
“arigato gozaimasu Kiddo kun,” lanjutnya sambil memeluk Kid dan menangis yang sudah ia tahan-tahan.
“Sudah....cup...cup...tak perlu menangis, nanti wajahmu tak cantik lagi,” hibur Kid sambil mengusap air mata dipipi Hana
“kau sempat sekali memberikanku kalung ini,” kata Hana.
“Tentu saja. Di dalam kalung ini ada sesuatu lho,” ujar Kid, “sesuatu ? apa ?” tanya Hana.
***
HANA’s  POV
Mungkin sudah sekitar satu jam, kami mengamati Mika, Soul, Black Star, dan Tsuki menjalankan pelajaran tambahan. “Black Star dan Mika memang Meister yang kuat,” kata Shinigami-sama kemudian.
“Iya ayah. Kau benar. Tapi siapa dalang dari semua ini ?” tanya Kid
 “dalangnya adalah Meister pertama DeathSchythe —ayah Mika—,“ jawab Shinigami. “Namanya adalah Profesor Stein,” lanjut Shinigami-sama.
Aku pun menjadi penasaran, “Seberapa kuat, Shinigami-sama ?” tanyaku.
“Hana chan~ kau tak perlu memanggilku dengan formal begitu, panggil saja dengan ‘ayah’. Profesor Stein adalah Meister terkuat yang dimiliki oleh Shibusen. Dia bisa bertarung tanpa Weaponnya dengan sangat lihai dan tak mudah terkalahkan,” jawab Shinigami-sama panjang lebar.
 “Berarti, dia kuat sekali ! Terimakasih penjelasannya, Shin.....maksudku ayah,” jawabku hampir salah mengucapkan kata ’ayah’, “lama-lama pasti kau bisa terbiasa kok, tak perlu sungkan,” ujar Kid kemudian. Aku hanya menganggukkan kepala dalam hati.
Aku pun tersipu malu. Sebenarnya sudah sekitar tiga minggu setelah pernikahan kami, tapi sampai sekarang pun, aku masih belum terbiasa memanggil Shinigami-sama dengan sebutan ayah.
“Bolehkah....?” tanya Kid sambil melirikku beberapa menit kemudian
 “bolehkah apa, Kiddo kun?” tanyaku balik karena tidak tahu arah pembicaraannya. “Jawab dulu. Boleh atau tidak,” jawab Kid dengan mimik misteriusnya.
Aku berpikir sejenak, sebelum mengatakan, “baiklah...boleh,” jawabku dengan pasrah.
Kid lalu mengalungkan sebuah kalung berbentuk ‘Shinigami’ yang sangat indah ke leherku. Aku terperanjat saat melihat kalung itu terlihat begitu indah di leherku. “Indah bukan...?” tanya Kid, “bukan hanya indah....tapi sangat indah,” jawabku sambil menahan haru.
Entah apa yang tiba-tiba mendorong air mataku untuk keluar, aku terus menahannya, “arigato gozaimasu Kiddo kun,” lanjutku kemudian memeluk Kid dan menangis yang sudah tidak bisa ku tahan lagi.
“Sudah....cup...cup...tak perlu menangis, nanti wajahmu tak cantik lagi,” hibur Kid sambil mengusap air mata dipipiku. “Kau sempat sekali memberikanku kalung ini,” kataku sedikit terisak. “Tentu saja. Di dalam kalung ini ada sesuatu lho,” ujar Kid, “sesuatu ? apa ?” tanyaku penasaran.
***
KID’s POV
Setelah beberapa menit ayah, aku, Hana mengamati Mika, Soul, Black Star, dan Tsuki melalui Cermin Kematian
“Black Star dan Mika memang Meister yang kuat,” kata ayah.
“Iya ayah. Kau benar. Tapi siapa dalang dari semua ini ?” tanyaku penasaran
“dalangnya adalah Meister pertama DeathSchythe —ayah Mika—,“ jawab Shinigami. “Namanya adalah Profesor Stein,” lanjut ayah.
“Seberapa kuat, Shinigami-sama ?” tanya Hana kemudian.
“Hana chan~ kau tak perlu memanggilku dengan formal begitu, panggil saja dengan ‘ayah’. Profesor Stein adalah Meister terkuat yang dimiliki oleh Shibusen. Dia bisa bertarung tanpa Weaponnya dengan sangat lihai dan tak mudah terkalahkan,” jawab ayah panjang lebar dan dijawab Hana dengan wajah tersipu malu.
“Berarti, dia kuat sekali ! Terimakasih penjelasannya, Shin.....maksudku ayah,” jawab Hana agak susah menyebutkan kata ’ayah’
“lama-lama pasti kau bisa terbiasa kok, tak perlu sungkan,” ujarku mengerti yang Hana pikirkan.
“Bolehkah....?” tanyaku sambil melirik Hana beberapa menit kemudian
 “bolehkah apa, Kiddo kun?” tanya Hana balik. “Jawab dulu. Boleh atau tidak,” jawabku dengan mimik misterius supaya dia penasaran.
Hana terlihat berpikir keras walau beberapa menit sebelum mengatakan...
 “baiklah...boleh,” jawab Hana dengan pasrah. Aku kegirangan dalam hati, rasanya seperti ada kembang api dalam dadaku sekarang.
Perlahan-lahan, aku mengeluarkan sebuah kalung dari kantung celanaku agar Hana tak merasa curiga. Aku lalu mengalungkan sebuah kalung berbentuk ‘Shinigami’ yang sangat indah itu ke leher Hana. Hana agak terperanjat saat melihat kalung itu terlihat begitu indah di lehernya.
“Indah bukan...?” tanyaku penasaran
“bukan hanya indah....tapi sangat indah,” jawab Hana.
Matanya terlihat berkaca-kaca, “arigato gozaimasu Kiddo kun,” lanjutnya kemudian memelukku dan menangis yang sepertinya sudah ia tahan-tahan.
“Sudah....cup...cup...tak perlu menangis, nanti wajahmu tak cantik lagi,” aku mencoba menghibur Hana sambil mengusap air mata dipipinya
“kau sempat sekali memberikanku kalung ini,” kata Hana.
“Tentu saja. Di dalam kalung ini ada sesuatu lho,” ujarku berusaha membuatnya penasaran
“sesuatu ? apa itu?” tanya Hana...
***
AUTHOR’s POV
“Ada cinta dan kasih sayang untukmu. Didalam kalung ini juga ada kekuatan baru khusus untukmu, kita bisa berkomunikasi tanpa diketahui siapa pun, hanya hati kita yang akan mendengar dan hanya otak kita berdua saja yang berpikir. Jadi, jika kamu merindukanku atau dalam bahaya, jangan berbisik ke cincin. Bisikan saja lewat hati ke kalung ini, aku pasti mendengarnya dan akan segera menuju ke tempatmu berada,” bisik Kid menggoda di telinga Hana.
“Aahh, Kiddo kun, kau terlalu menggoda. Jika tak ada ayah disini, aku tak tahu apa yang akan kau lakukan padaku sekarang,” bisik Hana pada telinga Kid, dan langsung disambut kikikannya yang khas
“kau tahu saja apa yang sedang ku pikirkan,” kata Kid. Hana pun merasakan hawa menyeramkan ini mulai menyelimutinya lagi.
***
“Nanti temani aku ya ?” lanjutnya di telinga Hana, “kemana ?” tanya Hana polos. “Ke kamar,” jawab Kid yang langsung disambut muka merah semerah udang rebus diwajah Hana.
DEG...
Hana hanya bisa memasang muka memerah karena membayangkan apa yang akan terjadi, dan hal itu terus berputar-putar dikepalanya. 
Jantung Hana terlalu cepat memompa darah hingga membuat dadanya sakit dan sulit berpikir jernih.
“Jangan berpikiran aneh dulu. Tidak melakukan apa-apa kok, aku hanya ingin mengambil sesuatu yang tertinggal,” kata Kid seakan tahu apa yang sedang Hana pikirkan.
”Tapi....emm...mungkin setelahnya, kita bisa melakukan sesuatu selama beberapa saat,” lanjutnya
CEEESSS.... Hati Hana serasa mencelos.
“Hihihi...” Kid pun puas karena berhasil membuat istrinya bermuka merah lagi.
***
Sementara itu diwaktu yang sama, tetapi dilain tempat....
“Black.....Star...” ucap Tsuki.
“Oohh, wakatteru,” jawab Black Star. “Sid-sensei menggunakan Jalan Cara Pertama Assasin,” lanjutnya.
“Tetap tenang, stabilkan pernafasanmu. Maka musuh akan mudah diketahui keberadaannya,” ujar Tsuki.
“Tsuki,” panggil Black Star, “ayo mulai gunakan langkah pertama pada Sid-sensei,” lanjutnya.
“Haik,” jawab Tsuki sambil melindungi dengan memutari Black Star dan Mika. Fuh....huh...huh.....Black Star memulai teknik pernafasannya
”jangan sampai membuatku marah,” ucap Black star
“dasar zombi jelek.”
rantai-rantai Tsuki mulai bergerak mencari keberadaan Sid-sensei.
“Trap Star !!” ujar Black Star setelah rantai Tsuki sudah selesai memasang teknik jebakan andalannya.
Black Star memulai teknik pernafasannya lagi untuk mendeteksi keberadaan Sid-sensei.
DUG.....DUG.....DUG....
Getaran detak jantung Sid-sensei dapat Black Star dan Tsuki rasakan.
“Konsentrasi...aku bisa merasakan getaran jiwanya,” ucap Black Star dalam hati
...Fuh....huh....huh.... ”Dia melewati Tsuki dan menuju arah ini,” lanjutnya.
“Teknik pernafasannya...berhenti...?” ucap Mika dalam hati.
GREEEEESSS....!!!!
  Sid-sensei muncul tiba-tiba sambil mengacungkan kayu tajam dan hendak menyerang dari arah belakang.
 Tetapi Black Star lebih cepat menarik rantai Tsuki, sehingga jebakannya mulai bekerja.
“Jika teknik anda masih muncul tiba-tiba seperti itu, gerakan anda jadi mudah terbaca, tahu,” ucap Black Star.
Sid-sensei pun terikat rantai Tsuki.........
tapiii...
EH !!!
Mika dan Soul juga ikut terikat!!
“Black Star !!! Iiiiihhh !! Lepaskan aku !! Aaarrgghh..!!!” teriak Mika
“Hei Black Star ! Lepaskan aku dan Mika !! Aaargghh..!” teriak Soul
“Wahahaahahaha....!!!” Black Star hanya mampu tertawa bangga karena berhasil mengerjai teman-temannya.
***
Laboratorium Prof. Stein
“Jadi ini heh....lab milik orang bernama Stein itu,” kata Soul.
“Nah, Sid-sensei. Inikah tempat orang yang telah mengubahmu menjadi zombi ?” tanya Mika.
“Seingatku sih iya. Diwaktu aku masih hidup padahal aku tidak pernah lupa, tapi kenapa saat jadi zombi aku jadi pelupa ya,” jawab Sid-sensei. *curcol ya? -_-*
“Baiklah teman-teman. Siapa yang mau mengetuk pintu duluan ?” tanya Black Star.
“E..e....tidak tahu. Kan kita baru datang dan belum kenal, jadi...,” jawab Mika gelagapan karena Black Star, Tsuki, dan Soul menatapnya dengan muka meminta.
SEEEERRRRR.....!!
Bunyi roda berputar dengan cepat tiba-tiba terdengar
“Bunyi apa itu ?!” tanya Mika waspada
 “Seperti bunyi sesuatu yang akan segera mendekat, entah itu apa,” jawab Soul sekenanya.
KRRIIIIEEKKK......!!!
Kini pintu laboratorium terbuka sedikit demi sedikit. Perlahan-lahan suara roda berputar itu pun terdengar makin nyaring tanda semakin mendekat....
CTAAAKK.....!!
Tiba-tiba muncullah seseorang yang duduk dikursinya dan terjatuh didepan pintu mengagetkan Mika, Soul, Black Star, dan Tsuki.
 “Uuuggh....seharusnya aku lebih memelankan kecepatanku tadi. Oke ! Kalau begitu aku coba lagi ! KRIIIEEKK....KRIIEEKK....,” kata lelaki tersebut sambil memutar suatu yang ada disamping kepalanya.
“Hei ! Salahsatu dari kita harus menghentikannya,” kata Soul menatap Mika
“t...tapi kan kita baru bertemu dan tidak saling kenal,” bela Mika. “Aku sedikit khawatir,” ujar Black Star kemudian
“a..aku juga demikian,” ucap Tsuki mengiyakan.
SEEEERRRR......!!!
Suara roda berputar mulai mendekat. Semua terlihat dengan muka waspada.
 CTAAAKK.....!!
 Prof. Stein pun tersandung pintu untuk kedua kalinya...
 “k...kau tak apa-apa, hakase ?” tanya Mika, Soul, dan Black Star dengan muka khawatir, Tsuki hanya memandang kejadian itu dengan muka polos.
“Jadi, apakah ada yang bisa ku bantu ?” tanya Stein Hakase dengan suara agak serak dan masih dalam posisi tergeletak dilantai. Mika, Soul, Black Star, dan Tsuki lalu kembali memasang muka serius.
“Kaukah yang bernama Stein ?!” tanya Soul
“kau yang membuat Sid-sensei menjadi zombi dan menyerang murid-murid ?” tanya Mika.
“Oh iya. Kalian pasti siswa-siswa dari Shibusen kan, lalu ?” tanya Stein Hakase.
 “Apakah anda memiliki dendam pada kami ?” tanya Mika
 “sebenarnya....tidak,” jawab Stein Hakase tenang.
“Tujuanku simple. Aku hanya meneliti dan mengobservatif. Tidak lebih dari itu,” lanjut Stein Hakase
“itulah motivasiku. Yaitu semua yang ada di dunia adalah bahan penelitianku. Dan tentu saja, diriku sendiri juga termasuk,” lanjut Stein Hakase lagi.
“Hei Soul, apa kau merasa ada hal yang agak terasa aneh ?” bisik Mika pada Soul 
“hah, benarkah ?” jawab Soul singkat. Stein Hakase mulai menerawang jiwa milik Mika dan juga Soul
“gelombang kekuatan jiwa kalian cukup harmonis ya, yaitu jiwa pemberontak, dan satunya adalah jiwa pejuang keras,” ujar Stein Hakase.
“Apa ??!! Kau bisa melihat jiwa manusia yang masih hidup !? Apa kau seorang Meister?” tanya Soul bertubi-tubi.
“Mika, kau juga bisa melihat jiwa manusia kan ?” tanya Soul sambil menatap Mika
 “t....t...tentu saja,” jawab Mika gelagapan.
 “Jiwa kalian bergetar ya. Lucunya,” kata Stein Hakase.
“Sudah ! Sudah! Berhenti melihat !” teriak Mika sambil menutupi dadanya.
”Yea...Yea...Diamlah...Yuhuuu ! Pelajaran tambahan membosankan ini harus kita selesaikan dengan cepat, jangan bicara terus,” ujar Black Star yang sudah ada diatas gedung lab
 “sejak kapan dia ada disitu?” tanya Mika
 “aku tidak bisa melihat jiwa orang, aku tidak peduli. Aku hanya ingin bisa melihat jiwaku sendiri !!” lanjut Black Star sambil melompat menuju kebawah.
“Hahahaha.....kau satu yang berisik. Jiwa yang ekstrim, yang tak mudah diam. Pasti hampir tidak ada yang menjadi partnermu, benarkan ?” ujar Stein Hakase.
“Baiklah! Saatnya aku pergi!” kata Black Star kemudian sambil berlari kearah Stein Hakase yang santai.
“HYAAAHH.....!!!”
Black Star mulai menendang, tapi berhasil ditangkis oleh Stein Hakase, Black Star menendang lagi dari arah yang berbeda, dan berhasil ditangkis lagi oleh Stein Hakase.
Saat Black Star lengah sedikit, Stein Hakase datang kearah Black Star dan meninjunya dengan sangat keras. Black Star terjungkal cukup jauh.
“Black Star !!” teriak Tsuki.
Stein Hakase berbalik dan menatap Tsuki sejenak
“oh, aku menemukannya. Kamu harus menjadi partnernya,” kata Stein Hakase, “jiwa yang menerima apa adanya, dan kamu mau menerima siapa saja. Jadi jiwa kalian sangat harmonis,” lanjut Stein Hakase.
“Siapa sebenarnya kau?” tanya Soul
“yak. Aku sudah mendapatkan data yang cukup. Bisa kita mulai experimennya ?” kata Stein Hakase tanpa meperdulikan pertanyaan Soul.
***
Kid, Hana, dan Shinigami-sama bersama-sama melihat keadaan Mika dkk melalui Cermin Kematian−baca: death mirror− dengan suasana yang hening.
 Tiba-tiba terdengar suara yang sangat aneh.
Kruyuuuukkk...... 
                                                  TBC
whaww...whaww...kita udah sampe part 4 !! applause~~ gimana ceritanya..?? :3
semoga pada suka ya~~ *BOW*  *transform into a cat*

Minggu, 29 Juli 2012

~DEATH KISS~ (PART 3)

<Rate : 15th>

Kuburan “Hook Cemetery”
“Wuuiihh....tak seperti yang ku bayangkan akan terjadi pertarungan di tempat seperti ini,” ujar Black Star, ”tapi tentu saja tidak masalah denganku ! Black Star yang tak terkalahkan !!” lanjutnya.
“Dimana kau zombi !! Keluarlah !! Ayo kita bertarung !! Yahahahaha!!” ucap Soul frustasi dan tidak terima karena dia harus mengikuti pelajaran tambahan di kuburan.

“Seumur-umur aku belum pernah melakukan ini.....tanganku bisa bergerak, kakiku bisa bergerak......tapi aku tidak bisa bangun...,” ujar Mika sedikit merasa frustasi. Tiba-tiba...
GREEEESSSS.....!!! Sid-sensei muncul dari dalam tanah sambil mencengkeram kayu tajam dan mencengkeram kaki Mika, “apa kau takut ??!! APA KAU TAKUT HEH ??!!” teriaknya sambil mengacungkan kayu tajam tersebut, “Mika !!” ucap Soul seraya berubah menjadi scythe—sabit— dan mengenai Sid-sensei yang kemudian melepaskan cengkeramannya dari kaki Mika.
“Selamat datang..... Mika..... Soul..... Black Star...... Tsuki..... ohayo..... konichiwa...... konbanwa....... hidup jadi terasa lebih indah saat kau menjadi zombi,” kata Sid-sensei seraya mencabut batu nisannya dari tanah. “Tsuki, berubah !” perintah Black Star, “haik,” jawab Tsuki menurut.  “Ayo kita selesaikan ini dengan keren,” ujar Soul.
***
“APA KAU TAKUT ??!!” tanya Sid-sensei dengan garang, “kalau begitu, kita mulai pelajaran ini !!” lanjut Sid-sensei. Soul kini sudah berada digenggaman Mika.
“Kill....dong.....ding....dong.....” Sid-sensei bersenandung. Saat Sid-sensei mengarahkan batu nisan kearah Mika dengan sekuat tenaga, Mika memasang Soul dengan gerakan bertahan. Dengan sigap Black Star langsung melemparkan sabit berantainya—alias Tsuki— tepat menghambat batu nisan tersebut, Sid-sensei yang merasa serangannya ditahan, lalu menarik rantai Tsuki dan menendang Black Star ke udara kemudian menghempaskannya ke tanah, “LIVING END !!!” teriak Sid-sensei.
“Black Star !!” teriak Mika khawatir, “sekarang giliranmu. Pelajaran telah selesai, dan sekarang waktunya untuk mati !,” kata Sid-sensei, tapi tiba-tiba Black Star bangkit kembali dalam keadaan kepala yang sedikit berdarah.
“Hei ! Apa maksudmu berkata aneh seperti itu, heh !? Yang kau lakukan hanya mengganganggu murid-murid dan membuat kekacauan,” ujar Black Star seraya melemparkan sabit Tsuki berantainya kearah kanan dan kiri Sid-sensei secara bergantian setelah Black Star berdiri dengan tegap. Sid-sensei terlihat agak terkejut dan tak sempat menghindar.....
“DAN AKU AKAN MEMBERESKAN MASALAH INI, KARENA NAMAKU ADALAH.....BLACK STAR !!” kata Black Star yang menendang perut Sid-sensei.
 ”Sial, dia menendang pusat energiku!” ucap Sid-sensei dalam hati. Sid-sensei agak termundur sedikit dari posisinya semula. “Tsuki, jadi shuriken!” ujar Black Star. “Haik,” jawab Tsuki seraya merubah diri menjadi shuriken.
 Setelah Tsuki berubah menjadi shuriken, Black Star lalu melemparkannya kepada Sid-sensei yang berada di udara. Sid-sensei lalu menginjak shuriken tersebut untuk menahan badan dan melompatkan diri kearah Mika yang menggenggam Soul, “dia datang Mika. Bersiaplah !” ucap Soul mengingatkan, ”ya !” jawab Mika cepat.
“LIVING END !!!” ucap Sid-sensei yang bangga karena merasa telah membunuh Mika dan Soul. “Sadarlah Sid-sensei !! Apa yang kau lakukan sekarang ini adalah salah ! Cepatlah kembali ke jalan yang benar !!” ucap Mika sedikit serak. Sid-sensei hanya sempat terkejut, karena kemudian Mika mengayunkan kakinya yang lalu mengenai muka Sid-sensei.
Dan Mika menghempaskan Sid-sensei menggunakan kakinya, kemudian sedikit berlari menjauh. CTEK !!! Mika memasang Soul dengan gerakan waspada, begitu pun Black Star. “Mika, bagaimana kalau kita melakukannya?” tanya Soul misterius, “melakukan apa?” tanya Mika balik. “Tentu saja melakukan resonansi jiwa,” jawab Soul santai, “tapi kita belum pernah melakukan itu sebelumnya, bagaimana kalau gagal?” ujar Mika serius. “Tidak akan terjadi apa-apa, kau....dan aku. Pasti bisa melakukannya,” jawab Soul memantapkan Mika. Mika berpikir sejenak. “Oke,” jawab Mika yang kemudian memutar Soul dan bersiap.
“TAMASHI NO KYOMEI !!!” ucap Mika dan Soul bersamaan. “WITCH HUNTER !!!” teriak Mika sambil mengayunkan Soul, SSEEERRRRRR ~...... “eeehh..??!! AAA !!” karena di kuburan bertanah becek, Mika pun terpeleset.
“AAAAAAAAAAA !!!!!!!!!!!” Black Star berteriak panik sambil menghindar dari tebasan dasyat Witch Hunter milik Mika. “APA YANG KAU LAKUKAN ??!! KAU MENCOBA MEMBUNUHKU HAH !!??” teriak Black Star tak karuan karena degup jantungnya yang terlalu cepat. “Ini semua salah Soul, DASAR BAKA !!” bentak Mika. “APA ??!! Tidak bisa !! Kau kan yang salah, KAMU YANG BAKA !!” bentak Soul tak terima.
“MATI SAJA SANA !!” lanjut Soul. “MATI !!?? KAMU SAJA YANG MATI !!” bentak Mika lagi, “aku hampir lupa menyelesaikan misi ini,” ujar Mika seraya berlari menuju Sid-sensei, “dan ingin segera menyelesaikan ini dengan cepat juga !!” lanjut Mika sambil mengayunkan Soul kearah Sid-sensei.
Sid-sensei pun menghilang dalam sekejap kedalam tanah, ”menghilang ?!” ucap Mika, “bukan. Dia bersembunyi kedalam tanah,” jawab Soul. “HYAAAAHH !!!” Tiba-tiba Sid-sensei melompat muncul dari belakang Mika membawa kayu tajam....
CRIIINGG !!! Black Star muncul menghadang gerakan Sid-sensei dan menyelamatkan Mika, saat Black Star mengayunkan sabit berantainya – alias Tsuki – kearah Sid-sensei, Sid-sensei pun menghilang kedalam tanah lagi. “Sial, dia kedalam bawah tanah lagi !!” umpat Soul.
***
“Black Star dan Mika memang Meister yang kuat,” kata Shinigami-sama. “Iya ayah. Kau benar. Tapi siapa dalang dari semua ini ?” tanya Kid, “dalangnya adalah Meister pertama DeathSchythe —ayah Mika—,“ jawab Shinigami. “Namanya adalah Profesor Stein,” lanjut Shinigami-sama.
 “Seberapa kuat, Shinigami-sama ?” tanya Hana. “Hana chan~ kau tak perlu memanggilku dengan formal begitu, panggil saja dengan ‘ayah’. Profesor Stein adalah Meister terkuat yang dimiliki oleh Shibusen. Dia bisa bertarung tanpa Weaponnya dengan sangat lihai dan tak mudah terkalahkan,” jawab Shinigami-sama panjang lebar.
“Berarti, dia kuat sekali ! Terimakasih penjelasannya, Shin.....maksudku ayah,” jawab Hana, “lama-lama pasti kau bisa terbiasa kok, tak perlu sungkan,” ujar Kid.
“Bolehkah....?” tanya Kid sambil melirik Hana beberapa menit kemudian, “bolehkah apa, Kiddo kun?” tanya Hana balik. “Jawab dulu. Boleh atau tidak,” jawab Kid dengan mimik misteriusnya.....
                                                                     TBC
*Apa yang akan dijawab oleh Hana.....? Apa yang akan Kid lakukan selanjutnya?Bagaimana dengan Mika, Soul, Black Star, dan Tsuki..? 
Tunggu di part 4~...


*Weeee~~~ ketemu lagi nih di part ketiga!! Gimana rasa ff-nya (maksud loe?!)
Bagus gak ff-nya...?? aneh ya? ya udah deh....selamat meresapi ff-nya (?) ~~
*Ingat ya, yang mau kritik...pakailah bahasa yang sopan~ Jangan asal frontal~
*Oceh deh basa-basinya.....sampai jumpa di part berikutnya~~
POFF !!! *berubah jadi kucing* *tebar bunga(?)* 

Kamis, 26 Juli 2012

~DEATH KISS~ (PART 2)

(RATE : 15th)

"Tsuki, menurutmu aku ini jelek tidak?" tanya Black Star terang-terangan, "kenapa berpikir begitu?" Tsuki membalikkan pertanyaan, "tentu saja tidak, kamu tampan," lanjut Tsuki tulus.
"Menurutmu aku cukup kuat?" tanya Black Star lagi, "tentu saja. Di Shibusen tidak ada yang lebih kuat dari kamu," jawab Tsuki,
"aku sangat mencintaimu Tsuki. Apa tidak ada yang kurang dariku? Tapi entah kenapa, aku selalu merasa ada yang kurang," ujar Black Star.
"Aku juga mencintaimu Black Star kun, jika tidak aku tak akan mau menikah denganmu, iya kan? Dan aku sama sekali tidak pernah menemukan kekurangan dalam dirimu," jawab Tsuki dengan senyumnya. "Terima kasih Tsuki, asihiteru.......cup," ucap Black Star diakhiri oleh ciuman tepat dipipi Tsuki.
***
“Permisi Shinigami-sama, gomenashai kami terlambat. Tadi kami menyapa Kid dan Hana dulu,” ucap Tsuki tulus diikuti bungkukkan badan, “oke...oke, tidak apa-apa,” jawab Shinigami-sama dari dalam cermin kematian. “Oke, semua sudah berkumpul. Jadi saya ingin menyampaikan pemberitahuan,” kata Shinigami-sama dengan muka agak moe.
 “Kenapa anda menyebutkan kata ‘pemberitahuan’ dengan muka aneh seperti itu ?” ucap Mika kaget, “mungkin itu salahsatu yang dilakukan untuk menjadi DeathScythe,” ejek Soul. “Apa tanggung jawab bagi seorang Meister dan Weaponnya?” tanya Shinigami-sama.
“Haik. Untuk mengumpulkan 99 jiwa DemonGod dan juga satu jiwa Witch, untuk menjadi Weapon bagi Shinigami, yaitu DeathScythe,” jawab Mika cepat. “Tepat seeekali~ Tapi, jumlah semua jiwa yang kalian kumpulkan adalah ‘nol’ ,” dan Mika dkk langsung membeku ditempat.
”E....e....nol..??!!!” ucap Mika syok tidak percaya. “Jadi kalian akan mengikuti pelajaran tambahan untuk menambah kekurangan nilai kalian,” lanjut Shinigami-sama. “APA ??!! PELAJARAN TAMBAHAN ??!!!” kata Mika, Tsuki, dan Soul bersamaan, ”yahahahha, paling hanya disuruh melawan semut atau semacamnya,” ujar Black Star dengan santainya lalu disambut oleh Shinigami-sama dengan.............
“SHINIGAMI CHOP !!!” Black Star akhirnya bungkam setelah Shinigami menorehkan tanda merah di dahinya. Blak Star pun hanya sanggup memegangi kepalanya yang berdenyut.
”Kalian pasti masih ingat dengan Sid-sensei, dia menjadi zombi, dan katanya dia akan membuat murid-muridnya merasakan hal yang sama...”kata Shinigami-sama menggantung kalimatnya. “Jadi dia menyerang murid-murid dan menciptakan masalah. Ada seseorang yang yang telah membuat Sid-sensei menjadi zombi, dan yang telah menyebabkan kekacauan ini...” lanjut Shinigami.
“Okay !! Serahkan saja pada kami, Shinigami-sama !” kata Black Star berapi-api. “Jika kalian sampai gagal dipelajaran tambahan ini....Saya tidak segan-segan untuk mengeluarkan kalian,” bisik Shinigami, “DI....DI......DIKELUARKAN ???!!!” Mika, Tsuki, dan Soul syok, “tak masalah. Hanya perlu menyerahkannya padaku!” ujar Black Star semangat.
***
“Daaa.....Kid dan Hana, kami menjalankan tugas dulu~ ” ujar Black Star setelah keluar dari Death Room.
Setelah Mika dan Soul agak jauh dari Black Star, Tsuki, Kid, dan Hana, “Mika, kau ingatkan dengan pembicaraan kita tadi. Aku yang menang,” ujar Soul menampakkan senyum kemenangan memperlihatkan giginya yang runcing, “ingat. Kenapa? Mau nagih sekarang?” tantang Mika, “iya,” jawab Soul.
“Aku ingin kamu menciumku sekarang,” lanjutnya yang langsung membuat Mika menjadi syok, “me...menciummu?! S...Sekarang?!” tanya Mika sekali lagi dan dijawab Soul hanya dengan anggukkan kepala yang mantap, “b...baiklaah...dipipi ya!” kata Mika.
“Eh...no...no...no...,” kata Soul sambil menutup matanya, lalu ia menujuk-nunjuk bibirnya, “minimal dua puluh detik,” lanjut Soul dan Mika merasa ingin segera lari dari tempatnya sekarang.
Dengan sedikit enggan dan keraguan, Mika memajukan badannya sedikit demi sedikit mendekat pada Soul. Dan Mika menutup matanya dan menempelkan bibirnya pada bibir Soul.
Black Star dan Tsuki yang melihat kejadian itu langsung menyipitkan matanya karena tidak menyangka bahwa Mika yang akan melakukan hal itu lebih dulu dari Soul.
Sepuluh detik......lima belas detik......dua puluh detik..... waktu telah berlalu dengan cepat tanpa Mika sadari. Saat Mika membuka matanya lagi ia melihat Soul yang bermuka merah semerah udang rebus. Soul sendiri tak meyangka bahwa Mika akan benar-benar melakukan hal itu. “Kamu kenapa Soul ?” tanya Mika keheranan, “e...e....tidak apa-apa kok,” jawab Soul agak gelagapan.
“Aku hanya tidak menyangka kenapa kamu benar-benar mau melakukannya,” kata Soul terang-terangan, “heh....aku ini kan tidak sepertimu yang ingkar janji. Jadi aku melakukannya walau....” jawab Mika menggantung kalimatnya.
“Walau...?” ulang Soul menanti jawaban, “walau pun sebenarnya dadaku sakit akibat degup jantungku yang terlalu kencang,” jawab Mika jujur, “tapiii.... rasa bibirmu lumayan juga,” lanjut Mika, “NANI !!???” Soul terlihat syok.
***
Kid dan Hana pun akhirnya sadar setelah cukup lama membeku di depan pintu Death Room.. “Hana chan, kalau begitu, sekarang saja kita bertemu dengan ayah,” tanya Kid, “se...sekarang yah? Y...ya sudah, ayo,” jawab Hana gelagapan. “Ayah, apa kabarmu?” tanya Kid, “oh Kid....dan Hana. Kabar ayah baik, ayo duduk. Mari kita melihat Mika dkk melaksanakan pelajaran tambahan,” jawab Shinigami-sama.
“Wah, kursinya cuma ada satu saja. Gimana nih ?” goda Kid yang melirik  istrinya, “e...emm....terserah kamu saja, Kiddo kun. Aku berdiri saja, tak apa-apa,” jawab Hana dengan muka yang mulai memerah, “oke. Kalau begitu ayo kita duduk, Hana chan,” ajak Kid misterius. “Tapi kan kursinya hanya ada satu. Tidak akan cukup, kecuali.......”
GLUK!! Hana baru menyadari keterlambatannya berpikir, Kid terus tersenyum misterius yang membuat bulu tengkuknya meremang. Kid dengan gerakan cepat menggaet pinggang Hana dan mendudukannya dipangkuannya.
“K...Kiddo....kun, a...ak....aku....ka...kamu....,” ucap Hana dengan muka semerah kepiting rebus. “Ssshhh.....,” jawab Kid seraya meletakkan telunjuknya dibibir Hana, dan mengedipkan sebelah matanya dengan ekspresi misterius. Shinigami-sama hanya menatap keduanya dengan senyum bahagia yang tak terlihat.
                                        TBC
Weeee~~ udah ada part 2 nie !! *tebas rambut* bagus gak, ceritanya?? :3 aneh ya? :( Ya udah deh....met baca part 2 ini yow~~ Ku tunggu komen-komennya yak! Ampe ketemu di part selanjutnya~

Para ilmuwan Rumania mulai membentuk beberapa hipotesis.



          Ada satu yang tampaknya lebih menarik daripada yang lain. Seorang insinyur aeronautika, memperkirakan bahwa benda itu mirip dengan kaki sebuah perangkat pendaratan semacam kendaraan terbang, dengan dimensi lebih kecil seperti modul lunar atau probe Viking.
Dalam konfirmasi untuk mendukung teori ini di luar bentuk objek, adalah dua lubang oval, dan goresan di dalamnya di bagian belakang dan sudut, seperti komposisi bahan yang sama, serta komposisi dari aluminium ringan.

Peneliti lain menegaskan bahwa kemungkinan benda itu dibuat di Bumi dan merupakan bagian dari alat.yang kegunaannya belum diketahui.
Pada tahun 1974, di Rumania, 2 kilometer sebelah timur Aiud, sekelompok pekerja di tepi sungai Mures, menemukan tiga benda terkubur di pasir, di sebuah parit sekitar 10 meter dalamnya.

Dua dari objek, dibuktikan sebagai tulang Mastodon, berumur beberapa jutaan tahun, antara periode Miosen dan Pleistosen.

Objek ketiga, blok logam yang memiliki kemiripan dengan kepala palu, dikirim untuk diteliti di lembaga arkeologi Cluj-Napoca.

Setelah diperiksa, obyek ini mempunyai ukuran panjang 20,2 cm, lebar 12,5 cm dan tinggi 7 cm. Dan saat itu juga langsung menyulut perdebatan dalam komunitas ilmiah.
FOTO
Florin Gheorghita, memiliki kesempatan untuk memeriksa laporan, dan analisis dilakukan di bawah arahan Dr.Niederkorn lembaga untuk studi logam dan mineral non-logam (ICPMMN), terletak di Magurele, Rumania, menekankan bahwa benda ini terdiri dari paduan logam yang sangat kompleks.
Gheorghita menegaskan bahwa benda ini terdiri dari paduan 12 elemen yang berbeda, yang telah berhasil dianalisa persentase volumetriknya, yaitu terdiri dari aluminium (89%), tembaga (6,2%), silikon (2,84%), seng (1,81%), timbal (0,41%), tambak (0,33%), zirkonium (0,2 %), kadmium (0,11%), nikel (0,0024%), kobalt (0,0023%), bismut (0,0003%), perak (0,0002%), dan gallium (dalam jumlah jejak) .

Mircea Aries dan Petrus Lab, dua wartawan dan peneliti Rumania, menegaskan bahwa hasil yang sama diperoleh di lembaga penelitian di Lausanne, Swiss.

Fakta bahwa benda logam aneh ini ditemukan bersama-sama dengan fosil yang sangat kuno (tulang mastodon) menyebabkan orang bertanya-tanya dan menimbulkan banyak keanehan.

Aluminium, hanya bisa dihasilkan di lab dan tidak ditemukan bebas di alam, tapi dikombinasikan dengan mineral lain dan hanya dalam 100 tahun terakhir atau lebih, manusia baru bisa memiliki teknologi untuk membuat aluminium.

Selain itu, benda berbentuk "kaki" aneh ini ditutupi dengan lapisan oksida lebih dari satu milimeter, yang menguatkan dugaan bahwa usia benda ini setidaknya ratusan tahun.

~DEATH KISS~ (PART 1)

(RATE : 15th)

            Gadis berambut cokelat tua ini terus memperhatikan cincin yang bertengger di jari manisnya itu. "Hana, kamu sedang apa? jangan melamun begitu dong, aku yakin dia akan baik-baik saja," ujar seorang gadis yang lain.
"Tidak kok Tsuki chan, aku...aku hanya sedikit merindukannya," sergah Hana. “Tidak mungkin Hana chan, wajahmu bahkan jarang berekspresi seperti itu...wajahmu jelek tahu,” ucap Mika menahan tawanya agar tidak meledak disaat yang salah.
 “Ahh Mika chan, bukannya menghibur malah meledekku,” jawab Hana. Walaupun dalam hati sebenarnya dia sangat merindukan suaminya itu. Saat Tsuki dan Mika telah meninggalkan Hana sendiri lagi di kamarnya, ia kembali memperhatikan cincinnya itu...
"Kiddo kun, apa kabarmu? Apakah kamu sudah makan? Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?" bisiknya kepada cincinnya, dan seketika ia merasakan seperti ada yang duduk disampingnya.
Hana merasakan bulu tengkuknya berdiri, dia melihat kearah kanan dan kirinya tanpa menemukan penyebab dari berdirinya bulu tengkuknya. Merasakan hawa gelap yang menyeramkan disekelilingnya.
"Mungkin hanya perasaanku saja," ujarnya. Hana pun semakin merasakan hawa gelap dan menyeramkan itu semakin dekat dengan dirinya.... "Hai sayang! Apa kabarmu? Aku sangat merindukanmu," tiba-tiba saja seorang lelaki mencium pipi Hana.
"Kiddo kun! Kau mengagetkanku saja, untung saja aku tak punya riwayat sakit jantung," jawab Hana nyaris tak terdengar saking cepatnya ia berbicara.
"Kamu tak mungkin memiliki sakit jantung, jika kamu tetap berada didekatku," goda Kid. "Apa kamu mencoba menggodaku?" tanya Hana polos.
"Menurutmu, hmm...?" jawab Kid yang langsung mencium Hana tepat dibibirnya dengan lumatan gemas. Hana dapat merasakan betapa dinginnya bibir suaminya itu menggigit bibir bawah dan atasnya bergantian mencari celah agar boleh memasuki mulut Hana. Saat bibir Hana terbuka sedikit, lidah Kid langsung menjelajahi mulut Hana. Saat paru-paru mereka sudah memberontak meminta oksigen, Kid pun melepaskan ciumannya. "K....Kau membuatku bingung....Kiddo...kun," ujar Hana yang kini merasakan pipinya memanas merah karena malu.
Tepat setelah Hana mengatakan itu,  bel Shibusen pun berbunyi dengan nyaring menandakan seluruh petarung Shibusen harus menghadap Shinigami— atau bisa dibilang ayah mertua Hana—"Ayo Hana chan,kita bertemu ayah, dan aku tidak sabar untuk menjadikanmu sebagai weaponku dalam setiap pertempuranku” kata Kid.
"Tapi Kiddo kun, jika aku yang menjadi weaponmu, kamu takkan bisa terlihat simetris," elak Hana. "Apakah masalah itu yang kamu permasalahkan?" tanya Kid yang langsung dianggukkan oleh Hana dengan mantap, Kid tersenyum sebentar dan menjawab masih dengan senyumnya yang membutakan, "tapi kan kamu bisa mengaktifkan 'Double Modul'-mu," Hana pun tidak mau kalah.
"Bagaimana jika saat aku mencoba mengaktifkannya, tiba-tiba kita telat dan kalah, atau nanti musuh sudah menyerang duluan, atau....atau....jangan-jangan..." Hana langsung mengatupkan mulutnya setelah telunjuk milik Kid menempel dibibirnya,"ssshh....kamu tidak mau kan aku menciummu lebih dari yang tadi ?" goda Kid.
Hana menelan ludahnya dengan susah payah. Dan dalam satu gerakan, Kid sudah mendapatkan pinggang Hana dan bergegas menuju ruangan ayahnya. Baru saja mereka sampai di depan pintu, suara Shinigami-sama mengagetkan mereka, " saya memanggil Mika & Soul, dan Tsuki & Black Star...maaf tadi saya menekan tanda yang salah, harap maklum."  TING !!! Seketika Kid dan juga Hana membeku di tempat.
***
                Mika, Soul, Tsuki, dan Black Star berjalan beriringan menuju Death Room, di tengah lorong mereka mendapati Kid dan Hana yang masih membeku."Hei orang-orang lemah !! Kenapa kalian bengong begitu?! Lihatlah aku, maka jalan kalian akan terang!!" kata Black Star berbasa-basi.
Mika dan Soul sudah meninggalkan Black Star dan Tsuki karena tidak mau mendengarkan ocehan Black Star. “Hei Soul, menurutmu kenapa Shinigami-sama memanggil kita ?” tanya Mika memulai pembicaraan.
“Menurutku sih sepertinya Shinigami-sama akan memberikan tugas....emm....atau mungkin cuti untuk kita.....tau mungkin saja penghargaan karena kita murid yang rajin,” tebak Soul. “Sepertinya ada yang sedang berkhayal nih,” ledek Mika sambil melirik Soul.
“Mika, kalau salahsatu tebakanku benar. Kau harus melakukan semua yang ku mau selama seminggu, bagaimana....berani ?” tantang Soul yang langsung disambut uluran tangan Mika.
“Siapa takut !! Ayo ! Tapi jika semua tebakanmu salah, kamu juga harus melakukan semua yang ku mau,” jawab Mika semangat dan disambut genggaman Soul. “Oke. Siapa takut,” jawab Soul. Karena merasa ditinggalkan oleh Mika dan Soul, Black Star pun meninggalkan pasangan yang masih membeku itu.
                                   TBC
Weee~~ ini ff pertamaku loh~ Maaf ya, kalau ceritanya agak gak nyambung...
aku coba segini dulu nge-postnya komen ya~ Kalau mau kritik, pake bahasa yang sopan, aku kan sensitif *maksud loh !?* #plak *abaikan* Jadi selamat menikmati ff pertamaku ini~~

Sabtu, 07 Juli 2012

Permintaan

Ceman-ceman~ kalian yang berkunjung ke blog-ku sepengetahuan ataupun yang tanpa sepengetahuanku......
aku sebagai pemilik blog sekaligus penulis blog ingin bertanya~
"APAKAH AKU BOLEH MENULIS BEBERAPA CERITA YANG SERING DISINGKAT DENGAN 'FF' ??" yang setuju komen.....karena cerita ini mungkin bisa membuat kalian sakit hati atau mungkin bisa memohon-mohon padaku supaya melanjutkan ceritanya.....Jadi untuk pertama-tama aku minta maaf agar kalian tidak sakit hati ketika sudah membaca 'FF'-ku nanti~
Aku menulis 'FF' ini karena hatiku sedang galau~ dan merindukan sosok DTK :***

Sabtu, 19 Mei 2012

Translate Yesung - Love Really Hurts


I can’t breathe
I’ve lost my direction
My memory’s breaking into pieces
But you’re so calm because it has nothing to do with you
Do you even want to take away the last bit?
Sorry, really sorry
Even when I say this I feel apologetic
In a short while, we might lose everything
Love really hurts, it hurts too much
I keep smiling yet crying endlessly
Love is really funny, really frightening
Please, stop it now, if only I was able to wake up from my dream
Don’t forget, please don’t forget
Even if it’s all lies, it’s okay
In a short while, we might lose everything
Love really hurts, it hurts too much
I keep smiling yet crying endlessly
Love is really funny, really frightening
Please, stop it now, if only I was able to wake up from my dream
When I’m longing for, and calling out your name
Once anxiously and timidly loving you
Want to believe
Stop breathing
Resist the tears
I keep smiling yet crying endlessly
Love is really funny, really frightening
Please, stop it now, if only I was able to wake up from my dream