Sabtu, 29 September 2012

~DEATH KISS~ (PART 5)

<RATE 15th>

*flashback*

 Tiba-tiba terdengar suara yang sangat aneh.
Kruyuuuukkk......
*flashback off* 


”Suara apa tadi ?” tanya Kid sambil melihat sekeliling dengan kebingungan.
 “E....sepertinya aku permisi keluar dulu,” kata Hana kemudian
“ada apa Hana chan? Sakit perut ?” tanya Kid sambil menatap Hana khawatir dan dijawab Hana dengan anggukkan kepalanya.
“Ku temani ya ?” tawar Kid
“hah ?! T...Tidak usah repot-repot Kiddo kun. Aku bisa sendiri kok,” jawab Hana mengelak.
“Tidak apa Hana chan. Kid akan menjagamu dengan baik,” kata Shinigami-sama kemudian
“NANI ??!! bisa-bisanya anak dan bapaknya satu pikiran??!!” gerutu Hana dalam hati dan disambut muka kemenangan milik Kid.
Saat Kid dan Hana berjalan beriringan di lorong, dan Kid menggenggam tangan Hana erat, suara aneh itu kembali terdengar.
Kruyuuuk......
Hana pun langsung berlari sekencang-kencangnya menuju kantin.
“Hana chan!! Tunggu..!!” kejar Kid.
“Gomenne....aku pergi dulu~!!” teriak Hana yang semakin jauh dari Kid.
Hana pun segera memesan makanan di tempat pemesanan di kantin.
            “Aduuuhh.....lapeeerr~” Hana pun segera mengambil makanannya dan duduk disalahsatu meja di kantin Shibusen.
            “Nyaaamm.....nyaamm....”
Dalam sekejap, makanan itu pun habis dilahap oleh Hana seorang. Saat sedang meneguk minumannya, Kid dengan terengah-engah menghampiri Hana.
            “hhh...hh....Hana...chan...kalau lapar, larinya memang tak tertandingi..hh..hhh...” kata Kid yang langsung duduk disamping Hana.
            “Gomenne Kiddo kun. Kalau perutku lapar, ia seperti memberiku kekuatan untuk berlari kearah suatu makanan dan langsung melahapnya tanpa memperdulikan apapun lagi~” jelas Hana dengan muka polos.
            “Itu sebebnya, kau tidak memesankan makanan untukku,” kata Kid mulai bercanda
            “Yep... Eh..!! n..nggak kok, aku membawakanmu ini” jawab Hana agak gelagapan sambil menaruh sekotak makanan dan minuman pada Kid.
            “Kau yang bilang, jika kau lapar, kau tak peduli apapun. Tapi ini..??” tanya Kid
            “Tak tahu juga. Tiba-tiba saat aku melihat makananku, mukamu langsung muncul dikepalaku. Dan aku pun memesankan makananmu,” jawab Hana sambil meringis
            “Hana chan, apa kau tahu...saat aku mencoba berlari mengajarmu tadi, aku juga merasa lapar, dan...makanan yang kau pesankan ini....adalah makanan yang sedang ku bayangkan tadi !!” kata Kid kaget. Begitu pun Hana
“Itu tidak mungkin Kiddo kun...” sergah Hana
“mungkin saja Hana chan. O iya!! Mungkin saat aku membayangkan tadi, bayangan dalam pikiranku otomatis masuk dalam pikiranmu...” Kid mulai mengemukakan jalan pikirannya
“tapi itu kurang masuk akal Kiddo kun...” Hana masih ingin menyergah saat..
“tapi kau telah memakai kalung pemberianku, Hana chan...dan kau sekarang tidak bisa menyergah fakta ini kan..??” jawab Kid sambil mengangkat kedua alisnya.
            DEG
Sekelebat percakapan di “death room” mendadak muncul kembali dan suara Kid mulai memenuhi kepalanya.
            *flashback*
“Ada cinta dan kasih sayang untukmu. Didalam kalung ini juga ada kekuatan baru khusus untukmu, kita bisa berkomunikasi tanpa diketahui siapa pun, hanya hati kita yang akan mendengar dan hanya otak kita berdua saja yang berpikir. Jadi, jika kamu merindukanku atau dalam bahaya, jangan berbisik ke cincin. Bisikan saja lewat hati ke kalung ini, aku pasti mendengarnya dan akan segera menuju ke tempatmu berada,” bisik Kid menggoda di telinga Hana.
*flashback off*
Hana baru saja merekam kembali suara milik Kid. Mendengarkannya lekat-lekat.
            “Apa kau lupa dengan apa yang ku katakan tadi di ‘death room’ ??” tiba-tiba suatu suara terdengar jelas di kepalanya. Tapi entah kenapa orang-orang disekitarnya tak mendengar suara ini, padahal suara ini cukup keras.
Hana melirik Kid sejenak. Terlihat Kid menaikkan alisnya dengan muka santai seakan mengatakan sesuatu.
            DEG
Hana kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Itu suara Kid !!”
Ketika terdengar suara hatinya itu, seakan muncul sebuah lampu diatas kepalanya.
“Gomenne Kiddo kun...aku sedikit pelupa” kata Hana dalam hati
“tak apa-apa, aku mengerti kok. Kalau kau lapar, kau tak akan mempedulikan sekitarmu..” suara hati Kid masuk ke dalam kepalanya.
“oh iya, arigato karena kamu sudah memesankanku makanan,” tambah Kid sambil mendekatkan wajahnya pada Hana dan mengecup bibirnya pelan dan lembut.
Hana dan Kid bertatapan cukup lama. Dalam keheningan...
“Ayo, kita kembali ke ‘death room’, aku takut ayah akan khawatir pada kita.”
                       TBC
Iniii diaaa.....part lima untuk kaliaaan!! *tebar komik*  hnay untuk kalian niii....ku bela-belain publish part 5 ini~~ *nangis terharu* #abaikan   naahh....tunggu part 6 yah~
Tunggu part 6 yah,karna nanti akan banyak adegan hentai-nya,hihihi....siapa nih yang suka sama yg hentai-hentai...?? nanti baca part 6 yah~~ *BOW*  *berubah jadi kucing*

~DEATH KISS~ (PART 4)


<Rate:15>

*flashback*
“Bolehkah....?” tanya Kid sambil melirik Hana beberapa menit kemudian, “bolehkah apa, Kiddo kun?” tanya Hana balik. “Jawab dulu. Boleh atau tidak,” jawab Kid dengan mimik misteriusnya....
*flashback off*

“baiklah...boleh,” jawab Hana dengan pasrah.
Kid lalu mengalungkan sebuah kalung berbentuk ‘Shinigami’ yang sangat indah ke leher Hana. Hana agak terperanjat saat melihat kalung itu terlihat begitu indah di lehernya.
“Indah bukan...?” tanya Kid
“bukan hanya indah....tapi sangat indah,” jawab Hana sambil menahan haru..
“arigato gozaimasu Kiddo kun,” lanjutnya sambil memeluk Kid dan menangis yang sudah ia tahan-tahan.
“Sudah....cup...cup...tak perlu menangis, nanti wajahmu tak cantik lagi,” hibur Kid sambil mengusap air mata dipipi Hana
“kau sempat sekali memberikanku kalung ini,” kata Hana.
“Tentu saja. Di dalam kalung ini ada sesuatu lho,” ujar Kid, “sesuatu ? apa ?” tanya Hana.
***
HANA’s  POV
Mungkin sudah sekitar satu jam, kami mengamati Mika, Soul, Black Star, dan Tsuki menjalankan pelajaran tambahan. “Black Star dan Mika memang Meister yang kuat,” kata Shinigami-sama kemudian.
“Iya ayah. Kau benar. Tapi siapa dalang dari semua ini ?” tanya Kid
 “dalangnya adalah Meister pertama DeathSchythe —ayah Mika—,“ jawab Shinigami. “Namanya adalah Profesor Stein,” lanjut Shinigami-sama.
Aku pun menjadi penasaran, “Seberapa kuat, Shinigami-sama ?” tanyaku.
“Hana chan~ kau tak perlu memanggilku dengan formal begitu, panggil saja dengan ‘ayah’. Profesor Stein adalah Meister terkuat yang dimiliki oleh Shibusen. Dia bisa bertarung tanpa Weaponnya dengan sangat lihai dan tak mudah terkalahkan,” jawab Shinigami-sama panjang lebar.
 “Berarti, dia kuat sekali ! Terimakasih penjelasannya, Shin.....maksudku ayah,” jawabku hampir salah mengucapkan kata ’ayah’, “lama-lama pasti kau bisa terbiasa kok, tak perlu sungkan,” ujar Kid kemudian. Aku hanya menganggukkan kepala dalam hati.
Aku pun tersipu malu. Sebenarnya sudah sekitar tiga minggu setelah pernikahan kami, tapi sampai sekarang pun, aku masih belum terbiasa memanggil Shinigami-sama dengan sebutan ayah.
“Bolehkah....?” tanya Kid sambil melirikku beberapa menit kemudian
 “bolehkah apa, Kiddo kun?” tanyaku balik karena tidak tahu arah pembicaraannya. “Jawab dulu. Boleh atau tidak,” jawab Kid dengan mimik misteriusnya.
Aku berpikir sejenak, sebelum mengatakan, “baiklah...boleh,” jawabku dengan pasrah.
Kid lalu mengalungkan sebuah kalung berbentuk ‘Shinigami’ yang sangat indah ke leherku. Aku terperanjat saat melihat kalung itu terlihat begitu indah di leherku. “Indah bukan...?” tanya Kid, “bukan hanya indah....tapi sangat indah,” jawabku sambil menahan haru.
Entah apa yang tiba-tiba mendorong air mataku untuk keluar, aku terus menahannya, “arigato gozaimasu Kiddo kun,” lanjutku kemudian memeluk Kid dan menangis yang sudah tidak bisa ku tahan lagi.
“Sudah....cup...cup...tak perlu menangis, nanti wajahmu tak cantik lagi,” hibur Kid sambil mengusap air mata dipipiku. “Kau sempat sekali memberikanku kalung ini,” kataku sedikit terisak. “Tentu saja. Di dalam kalung ini ada sesuatu lho,” ujar Kid, “sesuatu ? apa ?” tanyaku penasaran.
***
KID’s POV
Setelah beberapa menit ayah, aku, Hana mengamati Mika, Soul, Black Star, dan Tsuki melalui Cermin Kematian
“Black Star dan Mika memang Meister yang kuat,” kata ayah.
“Iya ayah. Kau benar. Tapi siapa dalang dari semua ini ?” tanyaku penasaran
“dalangnya adalah Meister pertama DeathSchythe —ayah Mika—,“ jawab Shinigami. “Namanya adalah Profesor Stein,” lanjut ayah.
“Seberapa kuat, Shinigami-sama ?” tanya Hana kemudian.
“Hana chan~ kau tak perlu memanggilku dengan formal begitu, panggil saja dengan ‘ayah’. Profesor Stein adalah Meister terkuat yang dimiliki oleh Shibusen. Dia bisa bertarung tanpa Weaponnya dengan sangat lihai dan tak mudah terkalahkan,” jawab ayah panjang lebar dan dijawab Hana dengan wajah tersipu malu.
“Berarti, dia kuat sekali ! Terimakasih penjelasannya, Shin.....maksudku ayah,” jawab Hana agak susah menyebutkan kata ’ayah’
“lama-lama pasti kau bisa terbiasa kok, tak perlu sungkan,” ujarku mengerti yang Hana pikirkan.
“Bolehkah....?” tanyaku sambil melirik Hana beberapa menit kemudian
 “bolehkah apa, Kiddo kun?” tanya Hana balik. “Jawab dulu. Boleh atau tidak,” jawabku dengan mimik misterius supaya dia penasaran.
Hana terlihat berpikir keras walau beberapa menit sebelum mengatakan...
 “baiklah...boleh,” jawab Hana dengan pasrah. Aku kegirangan dalam hati, rasanya seperti ada kembang api dalam dadaku sekarang.
Perlahan-lahan, aku mengeluarkan sebuah kalung dari kantung celanaku agar Hana tak merasa curiga. Aku lalu mengalungkan sebuah kalung berbentuk ‘Shinigami’ yang sangat indah itu ke leher Hana. Hana agak terperanjat saat melihat kalung itu terlihat begitu indah di lehernya.
“Indah bukan...?” tanyaku penasaran
“bukan hanya indah....tapi sangat indah,” jawab Hana.
Matanya terlihat berkaca-kaca, “arigato gozaimasu Kiddo kun,” lanjutnya kemudian memelukku dan menangis yang sepertinya sudah ia tahan-tahan.
“Sudah....cup...cup...tak perlu menangis, nanti wajahmu tak cantik lagi,” aku mencoba menghibur Hana sambil mengusap air mata dipipinya
“kau sempat sekali memberikanku kalung ini,” kata Hana.
“Tentu saja. Di dalam kalung ini ada sesuatu lho,” ujarku berusaha membuatnya penasaran
“sesuatu ? apa itu?” tanya Hana...
***
AUTHOR’s POV
“Ada cinta dan kasih sayang untukmu. Didalam kalung ini juga ada kekuatan baru khusus untukmu, kita bisa berkomunikasi tanpa diketahui siapa pun, hanya hati kita yang akan mendengar dan hanya otak kita berdua saja yang berpikir. Jadi, jika kamu merindukanku atau dalam bahaya, jangan berbisik ke cincin. Bisikan saja lewat hati ke kalung ini, aku pasti mendengarnya dan akan segera menuju ke tempatmu berada,” bisik Kid menggoda di telinga Hana.
“Aahh, Kiddo kun, kau terlalu menggoda. Jika tak ada ayah disini, aku tak tahu apa yang akan kau lakukan padaku sekarang,” bisik Hana pada telinga Kid, dan langsung disambut kikikannya yang khas
“kau tahu saja apa yang sedang ku pikirkan,” kata Kid. Hana pun merasakan hawa menyeramkan ini mulai menyelimutinya lagi.
***
“Nanti temani aku ya ?” lanjutnya di telinga Hana, “kemana ?” tanya Hana polos. “Ke kamar,” jawab Kid yang langsung disambut muka merah semerah udang rebus diwajah Hana.
DEG...
Hana hanya bisa memasang muka memerah karena membayangkan apa yang akan terjadi, dan hal itu terus berputar-putar dikepalanya. 
Jantung Hana terlalu cepat memompa darah hingga membuat dadanya sakit dan sulit berpikir jernih.
“Jangan berpikiran aneh dulu. Tidak melakukan apa-apa kok, aku hanya ingin mengambil sesuatu yang tertinggal,” kata Kid seakan tahu apa yang sedang Hana pikirkan.
”Tapi....emm...mungkin setelahnya, kita bisa melakukan sesuatu selama beberapa saat,” lanjutnya
CEEESSS.... Hati Hana serasa mencelos.
“Hihihi...” Kid pun puas karena berhasil membuat istrinya bermuka merah lagi.
***
Sementara itu diwaktu yang sama, tetapi dilain tempat....
“Black.....Star...” ucap Tsuki.
“Oohh, wakatteru,” jawab Black Star. “Sid-sensei menggunakan Jalan Cara Pertama Assasin,” lanjutnya.
“Tetap tenang, stabilkan pernafasanmu. Maka musuh akan mudah diketahui keberadaannya,” ujar Tsuki.
“Tsuki,” panggil Black Star, “ayo mulai gunakan langkah pertama pada Sid-sensei,” lanjutnya.
“Haik,” jawab Tsuki sambil melindungi dengan memutari Black Star dan Mika. Fuh....huh...huh.....Black Star memulai teknik pernafasannya
”jangan sampai membuatku marah,” ucap Black star
“dasar zombi jelek.”
rantai-rantai Tsuki mulai bergerak mencari keberadaan Sid-sensei.
“Trap Star !!” ujar Black Star setelah rantai Tsuki sudah selesai memasang teknik jebakan andalannya.
Black Star memulai teknik pernafasannya lagi untuk mendeteksi keberadaan Sid-sensei.
DUG.....DUG.....DUG....
Getaran detak jantung Sid-sensei dapat Black Star dan Tsuki rasakan.
“Konsentrasi...aku bisa merasakan getaran jiwanya,” ucap Black Star dalam hati
...Fuh....huh....huh.... ”Dia melewati Tsuki dan menuju arah ini,” lanjutnya.
“Teknik pernafasannya...berhenti...?” ucap Mika dalam hati.
GREEEEESSS....!!!!
  Sid-sensei muncul tiba-tiba sambil mengacungkan kayu tajam dan hendak menyerang dari arah belakang.
 Tetapi Black Star lebih cepat menarik rantai Tsuki, sehingga jebakannya mulai bekerja.
“Jika teknik anda masih muncul tiba-tiba seperti itu, gerakan anda jadi mudah terbaca, tahu,” ucap Black Star.
Sid-sensei pun terikat rantai Tsuki.........
tapiii...
EH !!!
Mika dan Soul juga ikut terikat!!
“Black Star !!! Iiiiihhh !! Lepaskan aku !! Aaarrgghh..!!!” teriak Mika
“Hei Black Star ! Lepaskan aku dan Mika !! Aaargghh..!” teriak Soul
“Wahahaahahaha....!!!” Black Star hanya mampu tertawa bangga karena berhasil mengerjai teman-temannya.
***
Laboratorium Prof. Stein
“Jadi ini heh....lab milik orang bernama Stein itu,” kata Soul.
“Nah, Sid-sensei. Inikah tempat orang yang telah mengubahmu menjadi zombi ?” tanya Mika.
“Seingatku sih iya. Diwaktu aku masih hidup padahal aku tidak pernah lupa, tapi kenapa saat jadi zombi aku jadi pelupa ya,” jawab Sid-sensei. *curcol ya? -_-*
“Baiklah teman-teman. Siapa yang mau mengetuk pintu duluan ?” tanya Black Star.
“E..e....tidak tahu. Kan kita baru datang dan belum kenal, jadi...,” jawab Mika gelagapan karena Black Star, Tsuki, dan Soul menatapnya dengan muka meminta.
SEEEERRRRR.....!!
Bunyi roda berputar dengan cepat tiba-tiba terdengar
“Bunyi apa itu ?!” tanya Mika waspada
 “Seperti bunyi sesuatu yang akan segera mendekat, entah itu apa,” jawab Soul sekenanya.
KRRIIIIEEKKK......!!!
Kini pintu laboratorium terbuka sedikit demi sedikit. Perlahan-lahan suara roda berputar itu pun terdengar makin nyaring tanda semakin mendekat....
CTAAAKK.....!!
Tiba-tiba muncullah seseorang yang duduk dikursinya dan terjatuh didepan pintu mengagetkan Mika, Soul, Black Star, dan Tsuki.
 “Uuuggh....seharusnya aku lebih memelankan kecepatanku tadi. Oke ! Kalau begitu aku coba lagi ! KRIIIEEKK....KRIIEEKK....,” kata lelaki tersebut sambil memutar suatu yang ada disamping kepalanya.
“Hei ! Salahsatu dari kita harus menghentikannya,” kata Soul menatap Mika
“t...tapi kan kita baru bertemu dan tidak saling kenal,” bela Mika. “Aku sedikit khawatir,” ujar Black Star kemudian
“a..aku juga demikian,” ucap Tsuki mengiyakan.
SEEEERRRR......!!!
Suara roda berputar mulai mendekat. Semua terlihat dengan muka waspada.
 CTAAAKK.....!!
 Prof. Stein pun tersandung pintu untuk kedua kalinya...
 “k...kau tak apa-apa, hakase ?” tanya Mika, Soul, dan Black Star dengan muka khawatir, Tsuki hanya memandang kejadian itu dengan muka polos.
“Jadi, apakah ada yang bisa ku bantu ?” tanya Stein Hakase dengan suara agak serak dan masih dalam posisi tergeletak dilantai. Mika, Soul, Black Star, dan Tsuki lalu kembali memasang muka serius.
“Kaukah yang bernama Stein ?!” tanya Soul
“kau yang membuat Sid-sensei menjadi zombi dan menyerang murid-murid ?” tanya Mika.
“Oh iya. Kalian pasti siswa-siswa dari Shibusen kan, lalu ?” tanya Stein Hakase.
 “Apakah anda memiliki dendam pada kami ?” tanya Mika
 “sebenarnya....tidak,” jawab Stein Hakase tenang.
“Tujuanku simple. Aku hanya meneliti dan mengobservatif. Tidak lebih dari itu,” lanjut Stein Hakase
“itulah motivasiku. Yaitu semua yang ada di dunia adalah bahan penelitianku. Dan tentu saja, diriku sendiri juga termasuk,” lanjut Stein Hakase lagi.
“Hei Soul, apa kau merasa ada hal yang agak terasa aneh ?” bisik Mika pada Soul 
“hah, benarkah ?” jawab Soul singkat. Stein Hakase mulai menerawang jiwa milik Mika dan juga Soul
“gelombang kekuatan jiwa kalian cukup harmonis ya, yaitu jiwa pemberontak, dan satunya adalah jiwa pejuang keras,” ujar Stein Hakase.
“Apa ??!! Kau bisa melihat jiwa manusia yang masih hidup !? Apa kau seorang Meister?” tanya Soul bertubi-tubi.
“Mika, kau juga bisa melihat jiwa manusia kan ?” tanya Soul sambil menatap Mika
 “t....t...tentu saja,” jawab Mika gelagapan.
 “Jiwa kalian bergetar ya. Lucunya,” kata Stein Hakase.
“Sudah ! Sudah! Berhenti melihat !” teriak Mika sambil menutupi dadanya.
”Yea...Yea...Diamlah...Yuhuuu ! Pelajaran tambahan membosankan ini harus kita selesaikan dengan cepat, jangan bicara terus,” ujar Black Star yang sudah ada diatas gedung lab
 “sejak kapan dia ada disitu?” tanya Mika
 “aku tidak bisa melihat jiwa orang, aku tidak peduli. Aku hanya ingin bisa melihat jiwaku sendiri !!” lanjut Black Star sambil melompat menuju kebawah.
“Hahahaha.....kau satu yang berisik. Jiwa yang ekstrim, yang tak mudah diam. Pasti hampir tidak ada yang menjadi partnermu, benarkan ?” ujar Stein Hakase.
“Baiklah! Saatnya aku pergi!” kata Black Star kemudian sambil berlari kearah Stein Hakase yang santai.
“HYAAAHH.....!!!”
Black Star mulai menendang, tapi berhasil ditangkis oleh Stein Hakase, Black Star menendang lagi dari arah yang berbeda, dan berhasil ditangkis lagi oleh Stein Hakase.
Saat Black Star lengah sedikit, Stein Hakase datang kearah Black Star dan meninjunya dengan sangat keras. Black Star terjungkal cukup jauh.
“Black Star !!” teriak Tsuki.
Stein Hakase berbalik dan menatap Tsuki sejenak
“oh, aku menemukannya. Kamu harus menjadi partnernya,” kata Stein Hakase, “jiwa yang menerima apa adanya, dan kamu mau menerima siapa saja. Jadi jiwa kalian sangat harmonis,” lanjut Stein Hakase.
“Siapa sebenarnya kau?” tanya Soul
“yak. Aku sudah mendapatkan data yang cukup. Bisa kita mulai experimennya ?” kata Stein Hakase tanpa meperdulikan pertanyaan Soul.
***
Kid, Hana, dan Shinigami-sama bersama-sama melihat keadaan Mika dkk melalui Cermin Kematian−baca: death mirror− dengan suasana yang hening.
 Tiba-tiba terdengar suara yang sangat aneh.
Kruyuuuukkk...... 
                                                  TBC
whaww...whaww...kita udah sampe part 4 !! applause~~ gimana ceritanya..?? :3
semoga pada suka ya~~ *BOW*  *transform into a cat*